Asia Lebih Siap Hadapi Flu H1N1

AS Berlakukan Larangan Bepergian ke Meksiko

Manila, Senin – Organisasi Kesehatan Dunia, Senin (27/4), menilai kawasan Asia jauh lebih siap menghadapi ancaman virus flu babi dibandingkan dengan kawasan lain di dunia. Terjangan epidemi, seperti SARS dan virus flu burung, membuat Asia lebih berpengalaman.

Penyebaran SARS tahun 2003 ”memaksa” berbagai negara Asia memeriksa tiap penumpang yang memakai transportasi udara, menutup sekolah-sekolah, menyimpan persediaan obat antiflu, dan mengarantina ribuan penderita yang diduga terkena SARS yang menewaskan 800 orang. ”Karena pengalamannya itu, kawasan Asia sebenarnya bisa berbagi ilmu kepada negara lain, terutama tentang mekanisme kontrol infeksi,” kata juru bicara WHO Kantor Pasifik Barat, Peter Cordingley.

Cordingley menyebutkan, virus H1N1 yang diduga menewaskan 103 orang di Meksiko itu ”relatif tidak berbahaya”. Akan tetapi, tak ada yang bisa tahu dengan persis karena bisa saja virus flu babi itu bermutasi menjadi jenis virus baru yang lebih mematikan. ”Virus ini bisa berkembang menjadi masalah yang lebih besar. Kami belum tahu arahnya dan cara virus ini mutasi. Ini virus baru. Setiap negara di dunia bisa terkena virus ini,” papar Cordingley.

Berbeda dengan pendapat dari Cordingley, pakar khusus epidemiologi dari Australian National University, Paul Kelly, justru menilai virus flu babi jauh lebih berbahaya dibandingkan flu burung karena penyebarannya jauh lebih siap antarmanusia. Dari sisi tingkat kematian penderita, jumlah penderita yang tewas karena flu babi lebih rendah dibandingkan flu burung. Pasalnya, flu burung relatif ”lebih aman” karena perpindahan antarmanusia amat sulit. Sebaliknya, flu babi ini sangat mudah menular.

Kelly juga menilai virus flu babi sebenarnya bentuk virus yang selama bertahun-tahun ditakutkan ahli-ahli epidemiologi. Pasalnya, virus baru ini termasuk kombinasi beragam jenis virus dari binatang yang akan mudah berpindah ke manusia.

Menanggapi banyaknya negara yang menutup pintu impor daging babi, Cordingley menekankan, sampai saat ini belum ada bukti bahwa sumber infeksi berasal dari kebiasaan mengonsumsi daging babi. Yang jelas, penyebaran virus H1N1 terjadi melalui kontak dari manusia ke manusia.

Pernyataan tertulis Sekretaris Jenderal ASEAN Surin Pitsuwan menyebutkan, ASEAN siap untuk menghadapi ancaman flu ini karena telah memiliki jaringan kerja sama kawasan ketika SARS dan flu burung merajalela di Asia Tenggara. Untuk menangani flu babi, ASEAN masih mempunyai cadangan obat-obatan cukup banyak yang kini disimpan di Singapura dan sebagian telah dibagi ke negara anggota ASEAN.

Pemerintah Taiwan mengimbau rakyatnya untuk tidak panik karena pemerintah sudah mulai melakukan tindakan pencegahan, seperti membentuk tim khusus untuk menangani flu babi. ”Tidak perlu panik menghadapi masalah ini. Pemerintah memiliki cadangan masker pelindung, obat Tamiflu, dan Relenza yang cukup,” kata Yeh Chin-chuan dari dinas kesehatan Taiwan.

Larangan bepergian

Pemerintah AS berencana untuk memberlakukan larangan bepergian ke Meksiko. Setiap warga AS diimbau untuk tidak berkunjung ke Meksiko apabila tidak ada kepentingan mendesak. Satu pekan terakhir, kedutaan besar AS di Mexico City menyatakan akan menunda semua permohonan visa dari warga AS.

Sementara Presiden AS Barack Obama menyatakan, virus flu babi memang mengkhawatirkan dan perlu diwaspadai. Untuk memantau perkembangan kasus flu babi ini, Obama mengaku selalu mendapatkan laporan rutin dari jajaran departemen kesehatan di AS dan Amerika Utara serta Eropa. Meski belum ada kasus penderita di luar Meksiko yang tewas, banyak pihak khawatir akan terjadi pandemi karena flu babi bisa berpindah antarmanusia.

(REUTERS/AFP/AP/LUK)